Selasa, 11 September 2012

macam macam tarekat...




A.  Tarekat Syattariyah
v Pendiri Tarekat Syattariyah dan masa hidupnya
Nama Tarekat Syattariyah sering dihubungkan dengan seorang ulama yang mempopulerkan tarekat ini di India, yakni Syâh Abd Allâh al-Syattârî (w. 890 H/1485 M).

v Penyebar di Nusantara dan masa hidupnya
Penyebar Tarekat Syattariyah di Nusantara adalah Abdurrauf al-Singkili (1024 – 1105 H/ 1615 – 1693 M), yang bisa jadi merupakan satu-satunya ulama yang paling otoritatif dalam menyebarkan tarekat ini di wilayah Melayu-Indonesia yang jelas telah menunjukkan posisinya sebagai ulama mumpuni yan dapat mensejajarkan dirinya dengan para ulama besar dari belahan dunia lain. Demikianlah, sejauh menyangkut peyebaran ajaran neo-sufisme melalui Tarekat Syattariyah di wilayah Melayu-Indonesia ini, as-Singkili merupakan figur utama, karena hampir semua silsilah Tarekat Syattariyah bermuara kepada dirinya.
v Daerah yang banyak pengikutnya
Sejak mulai berkembangnya pada abad XVII hingga kini, Tarekat Syattariyah telah tersebar ke berbagai pelosok di Sumatera Barat, mulai dari daerah Padang Pariaman dan Tanah Datar, menyusul kemudian daerah Agam, Solok, Sawah Lunto Sijunjung, Pasaman hingga Pesisir Selatan. Dengan demikian, Tarekat Syattariyah di Sumatera Barat telah memulai penyebarannya melalui jalur daerah pantai pesisir sampai ke darek atau luhak nan tigo, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota.
v Pokok-pokok ajaran
Dalam kitab al-Simt al-Majid al-Qusyasyi berisi aturan dan tata tertib menjadi anggota tarekat, serta juga berisi tuntunan tentang cara zikirnya. Menurutnya, gerbang pertama bagi seseorang untuk masuk ke dunia tarekat adalah Baiat dan Talqin. Di antara tata cara talqin adalah calon murid terlebih dahulu menginap di tempat tertentu yang ditunjuk oleh syaikhnya selama tiga malam dalam keadaan suci (berwudhu).
Setiap malamnya harus melakukan sholat sunnat sebanyak enam rakaat, dengan tiga kali salam. Pada rakaat pertama dari dua rakaat pertama, setelah surah al-Fatihah, membaca surah al-Qadr enam kali. Kemudian pada rakaat kedua, setelah membaca surah al-Fatihah, membaca surah al-Qadr dua kali. Pahala shalat tersebut dihadiahkan kepada Nabi Saw, seraya berharap mendapat pertolongan dari Allah Swt. Selanjutnya, pada rakaat pertama dari dua rakaat kedua, setelah surat al-Fatihah membaca surah al-Kafirun lima kali, dan pada rakaat kedua setelah membaca surah al-Fatihah membaca al-Kafirun tiga kali dan pahalanya dihadiahkan untuk arwah para nabi, keluarga, sahabat serta para pengikutnya.
Terakhir, pada rakaat pertama dari dua rakaat ketiga, setelah surah al-Fatihah membaca surah al-Ikhlas empat kali dan pada rakaat kedua, setelah al-Fatihah membaca surah al-Ikhlas dua kali. Kali ini pahalanya dihadiahkan untuk arwah guru-guru. 

B.       Tarekat Sammaniyah
v Pendiri Tarekat Sammaniyah dan masa hidupnya
Tarekat Sammaniyah didirikan oleh Muhammad ibn Abd al-Karîm al-Quraysyî al-Madanî al-Syafi’î, yang lebih dikenal dengan al-Sammân. Ia lahir pada tahun 1130 H/1718 M, di Madinah dari keluarga Quraisy.
v Penyebar di Nusantara dan masa hidupnya
Penyebar tarekat ini di Nusantara tidak bisa lepas dari peran Abdussamad al-Palimbani (1704-1789 M), yang mana beliau adalah murid al-Sammân yang paling berperan dalam penyebaran Sammaniyah di Nusantara. Beliau adalah ulama Indonesia yang pertama memperkenalkan ajaran gurunya ke dalam kitab-kitab berbahasa Melayu.
v Daerah yang banyak pengikutnya
Tarekat Sammaniyah adalah terekat yang paling besar pengikutnya dan tersebar di seluruh kotamadya/kabupaten di Sulawesi Selatan. Di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, seperti Bone, Pare Pare, Luwu, Bulukumba, Soppeng, dan di Makassar, sekurang-kurangnya empat masjid tarekat ini tersebar di sana, khususnya di tempat suku Bugis dan Makassar berdomisili.
v Pokok-pokok ajaran
Ajaran Tarekat Sammaniyah mengacu pada buku al-Sammân, al-Nafahât al-Ilâhiyah. Buku ini memuat delapan bab, yaitu tobat, baiat, zikir, khalwat, penyakit hati, persaudaraan, adab kepada guru, wali, tawassul, wahdatul wûjud, Nur Muhammad, insan kamil dan penutup tentang nasihat ikhwân.
Zikir Sammaniyah adalah jahr (keras) dengan lafal nafi’ isbat, yaitu lâ ilâha illa Allâh. Dalam beberapa buku rujukan tarekat ini dijelaskan, bahwa lafal itu yang afdal sesuai dengan hadis, Afdal al-Dzikir lâ ilâha illa Allâh. Adapun dalil keutamaan zikir jahr (keras), yaitu riwayat Ibn Abbas bahwa pada masa Nabi Saw, zikir jahr dilaksanakan setelah jamaah selesai salat fardu. Manfaat zikir jahr, antara lain menampakkan syiar Islam, memberi berkah para pendengarnya, menghapus dosa, dan menumbuhkan iman. Zikir jahr bagaikan tukang bexi yang memukulkan palunya untuk menghilangkan karat yang melengket pada besi. Begitu pula orang yang berzikir jahr dapat menghilangkan dosa yang melekat dalam hati.

C.  Tarekat Khalwatiyah
v Pendiri Tarekat Khalwatiyah dan masa hidupnya
Tarekat Khalwatiyah diambil dari kata “khalwat”, yang artinya menyendiri untuk merenung. Khalwatiyah juga diambil dari nama pendirinya yaitu Syekh Muhammad Khalwati (w. 717 H), yang sering melakukan khlawat di tempat-tempat sepi.
v Penyebar di Nusantara dan masa hidupnya
Tarekat Khalwatiyah di Nusantara diperkenalkan oleh Syeikh Yusuf Taj al-Khalwati al-Makassari. Beliau lahir di kerajaan Gowa pada tahun 1626 M.
v Daerah yang banyak pengikutnya
Di Indonesia, ajaran tarekat ini berkembang luas di Sulawesi Selatan. Seperti halnya di beberapa tempat lainnya, ajaran Tarekat Khalwatiyah yang berkembang di Sulawesi Selatan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Tarekat Khalwatiah Samman.
v Pokok-pokok ajaran
Ajaran-ajaran Tarekat Khlawatiyah, yaitu:
1.         Yaqza: kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah Swt
2.         Taubah: mohon ampun atas segala dosa
3.         Muhasabah: menghitung-hitung atau intropeksi diri
4.         Inabah: berhasrat kembali kepada Allah
5.         Tafakkur: merenung tentang kebesaran Allah
6.         I’tisam: selalu bertindak sebagai khalifah Allah di bumi
7.         Firar: lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna
8.         Riyadah: melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya
9.         Tasyakur: selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memuji-Nya
10.     Sima’: mengonsentrasikan seluruh anggota tubuh dalam mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.
Intinya, para murid dari Tarekat Khalwatiyah harus tawajjuh, yaitu murid menerima pelajaran-pelajaran dasar dari guru (Mursyid) seperti zikir-zikir tertentu setelah itu diadakan baiat dan talkin. Dan tahap awal sebelum pembantaian adalah seseorang harus mengadakan penyucian batin, sikap dan perilaku yang tidak baik.
Dalam Tarekat Khalwatiyah dikenal adanya sebuah amalan yang disebut Al-Asma’ As-Sab’ah (tujuh nama). Yakni tujuh macam dzikir atau tujuh tingkatan jiwa yang harus dibaca oleh setiap salik.
Dzikir pertama adalah La ilaaha illallah (pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah). Dzikir pada tingkatan jiwa pertama ini disebut an-Naf al-Ammarah (nafsu yang menuruh pada keburukan, amarah). Jiwa ini dianggap sebagai jiwa yang paling terkotor dan selalu menyuruh pemiliknya untuk melakukan perbuatan dosa dan maksiat atau buruk, seperti mencuri, bezina, membunuh, dan lain-lain.
Kedua, Allah (Allah). Pada tingkatan jiwa kedua ini disebut an-Nafs al-Lawwamah (jiwa yang menegur). Jiwa ini dianggap sebagai jiwa yang sudah bersih dan selalu menyuruh kebaikan-kebaikan pada pemiliknya dan menegurnya jika ada keinginan untuk melakukan perbuatan-perbuatan buruk.
Ketiga, Huwa (Dia). Dzikir pada tingkatan ketiga ini disebut an-Nafs al-Mulhamah (jiwa yang terilhami). Jiwa ini dianggap yang terbersih dan telah diilhami oleh Allah SWT, sehingga bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Keempat, Haq (Maha Benar). Tingkatan jiwa ini disebut an-Nafs al-Muthmainnah (jiwa yang tenang). Jiwa ini selain bersih juga dianggap tenang dalam menghadapi segala problema hidup maupun guncangan jiwa lainnya.
Kelima, Hay (Maha Hidup). Disebut juga dzikir an-Nafs ar-Radliyah (jiwa yang ridla). Jiwa ini semakin bersih, tenang dan ridla (rela) terhadap apa yang menimpa pemiliknya, karena semua berasal dari pemberian Allah.
Keenam, Qayyum (Maha Jaga). Tingkatan jiwa ini disebut juga an-Nafs Mardliyah (jiwa yang diridlai). Selain jiwa ini semakin bersih, tenang, ridla terhadap semua pemberian Allah juga mendapatkan keridlaan-Nya.
Ketujuh, Qahhar (Maha Perkasa). Jiwa ini disebut juga an-Nafs al-Kamilah (jiwa yang sempurna). Dan inilah jiwa terakhir atau puncak jiwa yang paling sempurna dan akan terus mengalami kesempurnaan selama hidup dari pemiliknya.
Ketujuh tingkatan (dzikir) jiwa ini intinya didasarkan kepada ayat al-Qur’an. Tingkatan pertama didasarkan pada surat Yusuf ayat 53: “Sesunguhnya jiwa itu selalu menyuruh kepada keburukan”.
Tahap awal yang dilakukan seseorang calon murid menjelang pembaiatan adalah harus mengadakan penyucian batin, sikap dan perilaku yang tidak baik, seperti: hasad, riya’ dan ghibah. Setelah penyucian batin maka diisi dengan perilaku yang baik (husn al-zhan, husn al-khuluq, husn al-adab).
 
D.      Tarekat Naqsyabandiyah
v Pendiri Tarekat Naqsyabandiyyah dan masa hidupnya
Tarekat Naqsyabandiyyah didirikan oleh seorang pemuka tasawuf bernama lengkap Muhammad bin Muhammad Baha’ al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsabandi (717 H/1318 M – 791 H/1389 M).
v Penyebar di Nusantara dan masa hidupnya
Menurut Dr. Hj. Sri Mulyati, MA., dalam disertasinya menjelaskan bahwa Syaikh Yusuf Makassari (1626 – 1699 M) merupakan orang pertama yang memperkenalkan Tarekat Naqsyabandiyyah di Nusantara. Ia menerima ijazah dari Syaikh Muhammad Abd al-Baqi di Yaman kemudian mempelajari tarekat ketika berada di Madinah di bawah bimbingan Syaikh Ibrahim al-Kurani. Mungkin saja Syaikh Yusuf bukan orang pertama yang menganut tarekat Naqsyabandiyyah di Indonesia, namun ia adalah orang pertama yang menulis tarekat ini, sehingga kemudian ia dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan Tarekat Naqsyabandiyyah di Indonesia.



Jumat, 17 Agustus 2012

MENGENAL HIZIB

HIZIB AL WI QAYAH (IMAM AL AROBI)
بسم الله الرحمن الرحيم

1 - اللهم يا حى يا قيوم بك تحصنت .. فاحمنى بحماية كفاية وقاية حقيقة برهان حرز أمان { بسم الله }


2- و أدخلنى يا أول يا آخر مكنون غيب سر دائرة كنز { ما شاء الله لا قوة إلا بالله }

3- وأسبل علىَّ يا حليم يا ستار كنف ستر حجاب صيانة نجاة { و اعتصموا بحبل الله }

4- و ابن يا محيط يا قادر علىَّ سور أمان إحاطة مجد سرادق عز عظمة { ذلك خير ذلك من آيات الله }

5 - و أعذنى يا رقيب يا مجيب و احرسنى فى نفسى و دينى و أهلى و أولادى بكلاءة إغاثة إعاذة { و ما هم بضارين به من أحد إلا بإذن الله}

6 - و قنى يا مانع يا دافع بآياتك و أسمائك و كلماتك شر الشيطان و السلطان فإن ظالم أو جبار بغى علىّ{ أخذته غاشية من عذاب الله }

7 - و نجنى يا مذل يا منتقم من عبيدك الظالمين الباغين على و أعوانهم فإن هم لى أحد منهم بسوء خذله الله { و ختم على سمعه و قلبه و جعل على بصره غشاوة فمن يهديه من دون الله }

8 – و اكفنى يا قابض يا قهار خديعة مكرهم و ارددهم عنى مذمومين مذؤومين مدحورين بتخسير تغيير تدمير { فما كان له من فئة ينصرونه من دون الله }

9 – و أذقنى يا سبوح يا قدوس لذة مناجاة { أقبل و لا تخف إنك من الآمنين بفضل الله }

10 - و أذقهم يا ضار يا مميت نكال و بال زوال { فقطع دابر القوم الذين ظلموا و الحمد لله }

11 - و آمنى يا سلام يا مؤمن صولة جولة دولة الأعداء بغاية بداية آية {لهم البشرى فى الحياة الدنيا و فى الآخرة لا تبديل لكلمات الله }

12 - و توجنى يا عظيم يا معز بتاج مهابة كبرياء جلال سلطان ملكوت عز عظمــة
{ ولا يحزنك قولهم إن العزة لله }

13 – و ألبسنى يا جليل يا كبير خلعة جلال جمال كمال إقبال { فلما رأينه أكبرنه و قطعن أيديهن و قلن حاشا لله }

14 _ و ألق يا عزيز يا ودود على محبة منك فتنقاد وتخضع لى بها قلوب عبادك بالمحبة والمعزة والمودة من تعطيف تأليف { يحبونهم كحب الله والذين آمنوا اشد حبا لله }

15 - واظهر على يا ظاهر يا باطن آثار أسرار أنوار يحبهم ويحبونه { أذلة على المؤمنين أعزة على الكافرين يجاهدون فى سبيل الله }

16 - ووجه اللهم يا صمد يا نور وجهى بصفاء جمال أنس إشراق فان حاجوك فقل أسلمت وجهى لله }

17 - وجملنى يا بديع السموات والأرض يا ذا الجلال و الإكرام بالفصاحة والبلاغة والبراعة { واحلل عقدة من لسانى يفقهوا قولى برقة رأفة رحمة ثم تلين جلودهم وقلوبهم إلى ذكر الله }

18 وقلدنى يا شديد البطش يا جبار يا قهار سيف الهيبة والشدة والقوة والمنعة من بأس جبروت عزة وما النصر إلا من عند الله }

19 -- وأدم على يا باسط يا فتاح بهجة مسرة {رب اشرح لى صدرى ويسر لى أمرى } بلطائف عواطف { ألم نشرح لك صدرك } و بأشائر بشائر { يومئذ يفرح المؤمنون بنصر الله }

20 - وانزل اللهم يا لطيف يا رؤف بقلبى الإيمان والاطمئنان لأكون من { الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم إلى ذكر الله }

21 - وأفرغ على الصبر يا شكور صبر الذين تذرعوا بثبات يقين { كم من فئة قليلة غلبت فئة كثيرة بإذن الله }

22 - واحفظنى يا حفيظ يا وكيل من بين يدى ومن خلفى وعن يمينى وعن شمالى ومن فوقى ومن تحتى بوجود شهود { له معقبات من بين يديه ومن خلفه يحفظونه من أمر الله }

23 - وثبت اللهم يا قائم يا دائم قدمى كما ثبت القائل { وكيف أخاف ما أشركتم و لا تخافون أنكم أشركتم بالله }

24 - وانصرنى يا نعم المولى ونعم النصير على أعدائى نصر الذى قيل له
{ أتتخذنا هزوا قال أعوذ بال }

25 _ و أيدنى يا طالب يا غالب بتأييد نبيك محمد صلى الله عليه وسلم المؤيد بتعزيز توقير إنا أرسلناك شاهدا ومبشرا ونذيرا لتؤمنوا بالله }

26 - واكفنى يا كافى يا شافى الأعداء و الأسواء و الأدواء بعوائد فوائد { لو أنزلنا هذا القران على جبل لرأيته خاشعا متصدعا من خشية الله }

27 - وامنن على يا وهاب يا رزاق بحصول وصول قبول تيسير تسخير كلوا واشربوا من رزق الله }

28 - وتولنى يا ولى بالولاية والعناية والرعاية والسلامة بمزيد إيراد إسعاد إمداد { ذلك من فضل الله }

29 - و أكرمنى يا غنى يا كريم بالسعادة والسيادة والكرامة والمغفرة {كما أكرمت الذين يغضون أصواتهم عند رسول الله }

30 وتب على يا تواب يا حكيم توبة نصوحا لأكون من الذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم ومن يغفر الذنوب إلا الله }

31 - والزمنى يا واحد يا أحد كلمة التقوى كما ألزمت حبيبك سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم حيث قلت { فاعلم انه لا اله إلا هو }

32 - واختم لى يا رحمن يا رحيم بحسن خاتمة الناجين والراجين { قل يا عبادى الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله }

33 - واسكنى يا سميع جنة أعدت للمتقين دعواهم فيها سبحانك اللهم وتحيتهم فيها سلام أخر دعواهم أن الحمد لله رب العالمين (ثلاثا ) يا رب يا نفع يا رحمن يا رحيم أسألك برحمة هذه الآيات والكلمات سلطانا نصيرا ورزقا كثيرا وقلبا قريرا وقمرا منيرا وحسابا يسيرا وأجرا كبيرا وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم تسليما كثيرا { آمين


THARIQAH YANG DIIKUTI SYAIKH SITI JENAR ADALAH


1. Thariqah Mu’tabarah Al-Ahadiyyah
2. Thariqah Mu’tabarah Al-Khidiriyyah
3. Thariqah Mu’tabarah Nur Muhammadiyyah
4. Thariqah Mu’tabarah Al-Maulawiyyah
5. Thariqah Mu’tabarah Al-Sanusiyyah
6. Thariqah Mu’tabarah Al-Syadziliyyah
7. Thariqah Mu’tabarah An-Naqsabandiyyah
8. Thariqah Mu’tabarah Al-Qadiriyyah
9. Thariqah Mu’tabarah Al-Alawiyyah
10. Thariqah Mu’tabarah Al-Akmaliyah

 Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Dengan mursyid syeh datuk kahfi ( guru siti jenar ) namun setelah wafat diangkat siti jenar u menggantikan nya sbgai mursyid... 

Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah:
 
1. Muhammad Abdullah Burhanpuri,
2. Ki Ageng Pengging/ Kebo Kenongo
3. Pangeran Panggung
4. Patih Wanasalam (Syekh Malang Sumirang)
5. Ki Ageng Tingkir
6. Ki Ageng Getasaji
7. Ki Ageng Balak
8. Ki Ageng Butuh
9. Ki Ageng Ngarang
10. Ki Ageng Jati
11. Ki Ageng Watulunan
12. Ki Ageng Pringapus
13. Ki Ageng Ngagas
14. Ki Ageng Wanalapa
15. Paladadi
16. Ki Ageng Ngambar
17. Ki Ageng Karangwaru
18. Ki Ageng Babadan
19. Ki Ageng Majasta
20. Ki Ageng Tambakbaya
21. Ki Ageng Baki
22. Ki Ageng Tembalang
23. Ki Ageng Karanggayam
24. Ki Ageng Ngargaloka
25. Ki Ageng Kayupuring
26. Ki Ageng Pandawa
27. Ki Ageng Selandaka
28. Kanjeng Kyai Ageng Purwasada
29. Kebo Kangan
30. Kanjeng Kyai Agung Kebonalas,
31. Ki Ageng Watu Rante,
32. Kanjeng Kyai Ageng Tarumtum,
33. Ki Ageng Petaruman Banyuwangi,
34. Ki Ageng Purna,
35. Ki Ageng Wanasaba
36. Ki Ageng Kare
37. Ki Ageng Gugulu Chandi
38. Ki Ageng Gunung pratoga Ngadibaya
39. Ki Ageng Karungrungan
40. Ki Ageng Jatingalih Wanadadi
41. Ki Ageng Tambangan
42. Kanjeng Kyai Ageng Ngampuhan
43. Kanjeng Kyai Ageng Bangsri
44. Ki Ageng Banyubiru,

 PERNIKAHAN SYAIKH SITI JENAR

Syaikh Siti Jenar menikah dengan Putri Ayu Kenanga, yaitu anak perempuan dari Ki Kebo Kenanga yang bergelar Ki Ageng Pengging (Bangsawan Majapahit yang masuk Islam). Kemudian melahirkan 3 orang anak, yaitu:
 
1. Sayyid Abdul Qahhar (Datuk Fardun),
2. Sayyid Abdul Qadir (Datuk Bardut),
3. Syarifah Zainab (Isteri Sunan Kalijaga)

TAWASSUL

BIRIDHOILLAHI TA’ALA AL FATIHAH…
ASSALAMU’ALAIKUM YA JAMIA’ATU ANBIYA ILLAHI TA’ALA KHUSUSON YAA SYAIDINA WA MAULANA MUHAMMAD S.A.W YAA ROHMATAN LIL A’LAMIN WALI JAMI’ATU AHLI BAYTIHI WALI JAMI’ATU AHLUS SUNNATIHI BAROKALLAHU FIKUM WA ‘ALAIKUM ALFATIHAH…

ASSALAMU’ALAIKUM YA NABIYALLAH ADAM A.S WA NABIYALLAH IDRIS A.S WA NABIYALLAH IBRAHIM A.S WANABIYALLAH SULAEMAN A.S WA NABIYALLAH KHIDR A.S WA NABIYALLAH DANIYAL A.S BAROKALLAHU FIKUM WA ‘ALAIKUM AL FATIHAH…

WASALAMUALAIKUM YA JAMI’ATU MALAIKATU MUQORROBIN WAL KURUBIYIN KHUSUSON JIBRILU,MIKAIL,ISROFIL,WA IZROIL A.S. BAROKALLAHU FIKUM WA ‘ALAIKUM AL FATIHAH…

WASALAMU’ALAIKUM YA JAMI’ATU SHOHABATI RASULILLAHI S.A.W KHUSUSON YA SYAIDINA ABU BAKAR ASH SIDIQ,YA SYAIDINA ‘UMAR BIN KHATAB,YA SYAIDINA UTSMAN BIN AFFAN,YA SYAIDINA ‘ALI BIN ABI THALIB R.A BAROKALLAHU FIKUM WA ‘ALAIKUM AL FATIHAH…

WASALAMUALAIKUM YA JAMI’ATU KULLI WALIYU WAWALI YATI LILLAHI MIM MASYARIQIL ARDHI MA GHORIBIHA BARRIHA WABAH RIHA AYNA MAKANU KA INU FI’ILMIKA WA HALAT ARWAHUHUM YA ROBBAL ALAMIN BAROKALLAHU FIKUM WA ‘ALAIKUM ALFATIHAH..

WALI JAMI’ATU ULAMA IL AMILINA WAL QUROI WA AIMMATIL HADITSI WAL MUFASIRINA WASADATINAS SUFIYATIL MUHAQIQIN WAILA RUHI QUTHBUR RABBANI KHUSUSON YA SYAIDINA SYECH ABDUL QODIR AL JAILANI,YA SYECH MUHIYUDIN IBNU AL AROBI,YA SYECH JALALUDIN RUMI YA SYEH HUSEIN AL MANSYUR(ALHALAJ),YA SYECH ABU YAZID AL BUSTOMI,YA SYEH USTHUM ARIF BILLAH,YA SYEH AMRUSY JALIL,YA SYEH IMAM AHMAD BIN ALI AL BUNI,YA SYEH ABDUL JALIL,KANJENG SUNAN KALIJAGA,YA SYEH IMAM NAWAWI AL BANTANI,YA SYEH MAULANA YUSUF AL BANTANI,AL MUKARROM ASY SYAYID AL HABIB FARDHOL ATROS AL KINDHY,ABAH SANGADIAH MIN SERANG(PJB),BPK H.HERLIN MIN PJB,ABAH IING MIN PJB,BPK H.EDI KUSUMAH BRATA MIN GADOG,KHALIFATU RIPAD SANTOSO,KHALIFATU KHIDR REEJAL RACHEED EL SANDHY(WAHYU SETIADI) BAROKALLAHU FIKUM WA ALAIKUM ALFATIHAH…

ASSALAMUALAIKA YA Syeikh Siti Jenar , YA SYAYID Datuk Shaleh, YA Sayyid Abdul Malik YA Sayyid Syaikh Husain Jamaluddin /Jumadil Qubro /Jamaluddin Akbar Al-Khan  MIN Gujarat, India YA Sayyid Ahmad Shah Jalal /Ahmad Jalaludin Al-Khan YA Sayyid Abdullah AzhmatKhan  MIN India YA Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir AzhmatKhan  MIN Nasrabad YA Sayyid Alawi Ammil Faqih MIN Hadhramaut, Yaman YA Muhammad Sohib Mirbath YA Sayyid Ali Kholi’ Qosim YA Sayyid Alawi Ats-Tsani YA Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah YA Sayyid Alawi Awwal YA Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah YA Ahmad al-Muhajir MIN Hadhramaut, Yaman YA Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi MIN Basrah, Iraq YA Sayyid Muhammad An-Naqib YA Sayyid Al-Imam Ali Uradhi YA Sayyidina Ja’far As-Sodiq  MIN Madinah, Saudi Arabia YA Sayyidina Muhammad Al Baqir YA Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin YA SYAYIDAH Fathimah YA Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Tholib, YA Al-Imam Sayyidina Hussain YA Imam Ali bin Abu Tholib YA SYAYIDAH Fatimah Az-Zahro YA SYAIDINA WA MAULANA Muhammad SAW BAROKALLAHU FIKUM WA ALAIKUM AL FATIHAH…
ASSALAMUALAIKUM YA JAMIATU RIJALUL GHOIBI MINAL MASYRIQI WAL MAGHRIB BAROKALLAHU FIKUM WA ‘ALAIKUM AL FATIHAH…

TSUMMA ILA HADROTI YA AHLUL GHOIB IKHWANIHI JAMIAL HADIRUN FI HADZIHIL MAKANI BAROKALLAHU FIKUM WA ‘ALAIKUM AL FATIHAH…

ASALAMUALAIKUM YA JAMIATUL MUSLIMINA WAL MUSLIMATI MUMININA WAL MUMINATI KHUSUSON ALA JASADI WARUHI(…)SEBUTKAN NAMA KITA , AYAH/IBU , KAKAK/ADIK , SAUDARA DKT/JAUH… BAROKALLAHU FIKUM WA ‘ALAIKUM ALFATIHAH..

ASSALAMUALAIKUM YA JAMIATU AHLUL KUBUR HUSUSON(…) SEBUTKAN AHLI KUBUR. BAROKALLAHU FIKUM WA ‘ALAIKUM AL FATIHAH…

WA’ALA NIYYATI(…) KLO ADA NIYAT/HAJAT.ALFATIHAH…

AL IKHLAS 3X AL FALAQ 1X ANNAS 1X ALIF LAM MIM (1-6) 1X AYAT KURSI 1X
AL INSYIROH 1X AL FIL 1X AL QODR 1X

Senin, 06 Agustus 2012

Tajali (Manifestasi al-Haq) dan Martabat Tujuh

Kata “tajali” (Ar.: tajalli) merupakan istilah tasawuf yang berarti ”penampakan diri Tuhan yang bersifat absolut dalam bentuk alam yang bersifat terbatas. Istilah ini berasal dari kata tajalla atau yatajalla, yang artinya “menyatakan diri”.
Konsep tajali beranjak dari pandangan bahwa Allah Swt dalam kesendirian-Nya (sebelum ada alam) ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya. Karena itu, dijadikan-Nya alam ini. Dengan demikian, alam ini merupakan cermin bagi Allah Swt. Ketika Ia ingin melihat diri-Nya, Ia melihat pada alam. Dalam versi lain diterangkan bahwa Tuhan berkehendak untuk diketahui, maka Ia pun menampakkan Diri-Nya dalam bentuk tajali.
Proses penampakan diri Tuhan itu diuraikan oleh Ibn ’Arabi. Menurutnya, Zat Tuhan yang mujarrad dan transendental itu bertajali dalam tiga martabat melalui sifat dan asma (nama)-Nya, yang pada akhirnya muncul dalam berbagai wujud konkret-empiris. Ketiga martabat itu adalah martabat ahadiyah, martabat wahidiyah, dan martabat tajalli syuhudi.
Pada martabat ahadiyah, wujud Tuhan merupakan Zat Mutlak lagi mujarrad, tidak bernama dan tidak bersifat. Karena itu, Ia tidak dapat dipahami ataupun dikhayalkan. Pada martabat ini Tuhan—sering diistilahkan al-Haq oleh Ibn ’Arabi—berada dalam keadaan murni bagaikan kabut yang gelap (fi al-’amâ’); tidak sesudah, tidak sebelum, tidak terikat, tidak terpisah, tidak ada atas, tidak ada bawah, tidak mempunyai nama, tidak musammâ (dinamai). Pada martabat ini, al-Haq tidak dapat dikomunikasikan oleh siapa pun dan tidak dapat diketahui.
Martabat wahidiyah adalah penampakan pertama (ta’ayyun awwali) atau disebut juga martabat tajali zat pada sifat atau faydh al-aqdas (emanasi paling suci). Dalam aras ini, zat yang mujarrad itu bermanifestasi melalui sifat dan asma-Nya. Dengan manifestasi atau tajali ini, zat tersebut dinamakan Allah, Pengumpul dan Pengikat Sifat dan Nama yang Mahasempurna (al-asma al-husna, Allah). Akan tetapi, sifat dan nama itu sendiri identik dengan zat. Di sini kita berhadapan dengan zat Allah yang Esa, tetapi Ia mengandung di dalam diri-Nya berbagai bentuk potensial dari hakikat alam semesta atau entitas permanen (al-’a’yan tsabitah).
Martabat tajalli syuhudi disebut juga faidh al-muqaddas (emanasi suci) dan ta’ayyun tsani (entifikasi kedua, atau penampakan diri peringkat kedua). Pada martabat ini Allah Swt bertajali melalu asma dan sifat-Nya dalam kenyataan empiris atau alam kasatmata. Dengan kata lain, melalui firman kun (jadilah), maka entitas permanen secara aktual menjelma dalam berbagai citra atau bentuk alam semesta. Dengan demikian alam ini tidak lain adalah kumpulan fenomena empiris yang merupakan lokus atau mazhar tajali al-Haq. Alam yang menjadi wadah manifestasi itu sendiri merupakan wujud atau bentuk yang tidak ada akhirnya. Ia tidak lain laksana ’aradh atau aksiden (sifat yang datang kemudian) dan jauhar (substansi) dalam istilah ilmu kalam. Selama ada substansi, maka aksiden akan tetap ada. Begitu pula dalam tasawuf. Menurut Ibn ’Arabi, selama ada Allah, maka alam akan tetap ada, ia hanya muncul dan tenggelam tanpa akhir.
Konsepsi tajali Ibn ’Arabi kemudian dikembangkan oleh Syekh Muhammad Isa Sindhi al-Burhanpuri (ulama India abad ke-16) dalam tujuh martabat tajali, yang lazim disebut martabat tujuh. Selain dari tiga yang disebut dalam konsepsi versi Ibn ’Arabi, empat martabat lain dalam martabat tujuh adalah: martabat alam arwah, martabat alam mitsal, martabat alam ajsam, dan martabat insan kamil.
Martabat alam arwah adalah ”Nur Muhammad” yang dijadikan Allah Swt dari nur-Nya, dan dari nur Muhammad inilah muncullah ruh segala makhluk. Martabat alam mitsal adalah diferensiasi dari Nur Muhammad itu dalam ruh individual seperti laut melahirkan dirinya dalam citra ombak. Martabat alam ajsam adalah alam material yang terdiri dari empat unsur, yaitu api, angin, tanah, dan air. Keempat unsur material ini menjelma dalam wujud lahiriah dari alam ini dan keempat unsur tersebut saling menyatu dan suatu waktu terpisah. Adapun martabat insan kamil atau alam paripurna merupakan himpunan segala martabat sebelumnya. Martabat-martabat tersebut paling kentara terutama sekali pada Nabi Muhammad saw sehingga Nabi saw disebut insan kamil.
Tajali al-Haq dalam insan kamil ini terlebih dulu telah dikembangkan secara luas oleh Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili (1365-1428, tokoh tasawuf) dalam karyanya al-Insân al-Kâmil fî Ma’rifat al-Awâkhir wa al-Awâ’il (Manusia Sempurna dalam Mengetahui [Allah] Sejak Awal hingga Akhirnya). Baginya, lokus tajali al-Haq yang paling sempurna adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad ini telah ada sejak sebelum alam ini ada, ia bersifat kadim lagi azali. Nur Muhammad itu berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam berbagai bentuk para nabi, yakni Adam, Nuh, Ibrahim, Musa–salam Allah atas mereka semua—dan lain-lain hingga dalam bentuk nabi penutup, Muhammad saw. Kemudian ia berpindah kepada para wali dan berakhir pada wali penutup (khatam awliya), yaitu Isa as yang akan turun pada akhir zaman.
Dalam tradisi esoterisme Syi’ah, para imam Syi’ah Imamiyah—sejak Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib hingga Imam Mahdi (yang digaibkan Allah)—merupakan wali-wali yang memanisfetasikan diri sebagai insan kamil hakiki. Kepada merekalah, para pengikut Syi’ah Dua Belas sering kali bertawasul agar kebutuhan material-spiritual mereka terpenuhi.
Demikianlah proses tajali al-Haq pada alam semesta. Wadah tajali-Nya yang paling sempurna adalah insan, sementara insan yang paling sempurna sebagai wadah tajali-Nya adalah insan kamil dalam wujud Nabi Muhammad saw. Allahumma shalli ’ala Muhammad wa âli Muhammad!
Merupakan cahaya hidup yang berwujud seperti putaran waktu  atau daya kekuatan hidup yang berputar sepanjang masa atau disebut sebagai Pancamaya( lima cahaya ).

Cahaya hidup manusia yang berbentuk Pancamaya yakni : 1. hitam, 2 merah, 3. kuning, 4. putih, 5. abramarkata (gemerlapan)
Dan setiap orang akan mempunyai dominan warna yang berbeda karena tergantung cahaya paling kuat yang sebagai bakat/ kekuatan. Empat warna hitam, merah, kuning dan putih adalah perlambang hawa nafsu, yaitu ; hitam yang menggambarkan watak nafsu rakus, loba, tamak, lapar, haus dan mengantuk, merah yang menggambarkan watak nafsu keras hati, angkaraq murka, cepat marah, kuning yang menggambarkan watak nafsu berkeinginan keras, serba ingin sesuatu, mengumbar kesenangan, putih menggambarkan sifat bijaksana, dan keutamaan, cahaya kelima yang seperti zamrud yaitu pancaran cahaya dari bumi ; air(banyu), api(geni), angin(bayu), akasa(angkasa), matahari(surya), bulan(candra) dan bintang (kartika). Sedangkan wujud cahaya tunggal tanpa bayangan di dekatnya seperti kumbang yang bertaburan banyak sekali dan itulah cahaya dari kalbu dan batin manusia, dan itu pulalah wujud dari niat, keinginang, dan pemikiran, dan kesemuanya ada pada jaman antara(saat sebelum bertindak atau berbuat).
Keadaan cahaya tunggal sebenarnya adalah kebahagiaan sejati, yang merupakan wujud dari sukma luhur yang menghidupi badan wadag manusia yang di sebut juga Hyang Suksma Kawekas yang serba tentram dan bahagia sepanjang masa, selalu segar tanpa minum, kenyang tanpa makan, mengantuk tanpa tidur…inilah yang disebut Sangkan Paraning Dumadi (awal Mula kejadian). Sedangkan kedua lubang hidung itu adalah sarang angin (sumber nafas) dan tirta prawita suci  adalah air suci awal kehidupan yang terletak dalam samudera minangkalbu yang bermakna ‘ untuk menemukan sumber awal kehidupan perlu bantuan qalbu/ batin atau matahati kita sendiri.
Siapa yang memerintah dan diperintah , bermakna bahwa dalam tubuh ini ada 2 unsur pokok batin, roh atau nurani yang seharusnya selalu dianut segala pendapatnya karena disanalah kebenaran sejati telah dipertimbangkan. Wujudnya adalah dari keinginan, niat dan pemikiran murnisebelum diolah atau dipertimbangkan oleh akal yang menerima informasi tambahan dari luar. Keputusan situasi batin yang disebut sebagai zaman antara, sebelum diperintahkan otak kepada seluruh badan. Kesatuan tanpa perpecahan yakni; antara perintah otak dan perintah suara hati yang harus dijaga selalu sama. Sebenarnya yang meemrintah dalam diri kita adalah suara hati atau batin, roh kita dan yang diperintah adalah otak dan anggota badan, karena roh dimasukkan oleh Tuhan pada embrio saat berumur 120 hari, oleh leluhur kita juga disebut manunggaling kawula gusti. Roh sebagai gusti yang berujud kesadaran diri, dan badan adalah kawula yang berujud hidup dan kesadaran yang sudah ada sejak manikem ditangkap oleh indung telur dan terus tumbuh menjadi janin dan bayi, dengan segala anasir-anasir yang mempengaruhinya selama dalam kandungan ibu.
Memahami Hakikat Warna Cahaya Hidup
  1. Cahaya Putih : warna inti pertama yang menyimbolkan manifestasi air, dan memiliki sifat, watak dan kemampuan serat symbol nafsi muthmainah atau spiritual religius, jujur, menerima apa adanya dan kemampuan air ini adalah melarutkan, menghancurkan, daya tairk, angkat, sejuk, menyegarkan, dll. Dan orang yang memiliki daya ini dapat menolong orang lain sesuai dengan sifat air tersebut ( seperti air di belah). Dan untuk memperoleh daya air ini manusia harus memiliki itikad baik yang kemauan mutlak dengan berbagai cara, seperti berendam dalam air jernih yang mengalir selama beberapa periode agar terserap daya air ini ke dalam seluruh jaringan tubuhnya, dan dilakukan secara teratur. Dan pada manusia secara alami sebetulnya sudah tertanam daya ini mulai dari air ketuban yang melingkupi bayi sejak dalam kandungan, air embun khususnya yang berada di ujung ilalang pada siang hari dan tertiup angina dan hanya ada pada masa kemarau, air dalam buah kelapa yang masih muda yang biasanya hanya ada setetes saja , uap air yang terdapat di tutup panic sewaktu menjerang air, atau yang paling mudah adalah endapan air laut yaitu garam dilarutkan kembali dengan air yang telah direbus.
  2. Cahaya Merah : merupakan warna inti kedua yang menyimbolkan manifestasi api, dan mendasari watak, kemampuan serta symbol nafsi amarah, memiliki watak, hidup dinamis, awas, teliti, semangat, ambisi, emosi, pemberontak, iri, dengki, culas, pembohong. Cipta dari daya hidupnya adalah merupakan luapan dari energi yang bergerak bersifat prabawa, mengembangkan, memekarkan dan juga memiliki daya menghancurkan, membasmi, memledakkan, membakar dan biasanya orang yang menguasai energi api ini disebut menguasai biotermis dan daya inilah yang memproses pertukaran zat dalam tubuh sehingga melangsungkan kehidupan dan memperpanjang kehidupan, tetapi juga bisa mengahanguskan, dan menghancurka kehidupan yang lain. Daya energi ini dapat di diserap tubuh pada saat pagi hari ( sejak matahari terbit – 10.00) , daya ini bersifat bioelektronis dan akan membentuk daya biotermis dan biomagnetis. Dengan memusatkan nalar budi, cipta dan batin  di sertai nafas teratur  dan kontinyu akan sangat bermanfaat bagi kesehatan .
  3. Cahaya Kuning : merupakan warna inti ketiga, yang merupakan manifestasi dari angina dan mendasari sifat, watak dan kemampuan serta symbol dari sufiah dan memiliki watak seni budaya , sopan santun, kasih saying, cantik, rapi, toleransi, manusiawi, semu, palsu, gensi, cabul, boros, konsumtif, daya geraknya sperti angina menghidupi, menumbuhkan, menyatu, membaur, menyusup dan daya penyangga mendorong, membongkar, daya angkat, menembus jaringan, dan orang yang menguasai daya ini biasanya di sebut menguasai daya multikomplek/serbaguna, karena dalam angina terkandung energi uap bumi, energi panas, maupun air dan juga sebagai tenaga penghantar tenaga-tenaga gaib seperti ether, listrik, suara, bau, magic. Cahaya kuning juga bisanya bisa sebagai symbol datangnya wahyu, pulung, keluhuran atau nilai unggul
  4. Cahaya Hitam : merupakan warna inti keempat, yang menyimbolkan manifestasi dari bumi atau tanah  dan mendasari watak, sifat dan kemampuan serta symbol nafsi lawwammah yang bersifat produktif, materi, kreatif, inovatif, bisosiatif(mampu memperbaiki system kea rah lebih baik dan mampu mengarahkan potensi lingkungan dengan baik untuk direalisasikan dengan ketangguhan momentum kerja secara tepat ), tega, egois, sadis, jahat, daya cipta suara hatinya menumbuhkan, langgeng serta daya penyangga menghisap, segala sesuatu melebur atau menetralkan tapi juga mematikan. Secara lahiriah sebenarnya tidak tampak tapi sesungguhnya sangat dominant di banding tiga warna lainnya karena merupakan manifestasi pancaran anasir bumi yang ada dalam diri manusia. Dan daya ini diserap tubuh dengan sangat sederhana ; 1. berdiri tegak lurus, 2. rileks, 3. tata nafas diperhalus, perlahan dan teratur, 4. membayangkan wajah sendiri (konsentrasi), 5. menyebut nama Allah memohon anugerah daya inti bumi.
  5. Cahaya Gemerlapan : sinar zamrud merupakan cahaya gabungan (hasil induksi dari cahaya inti yang saling berdempetan sehingga membentuk warna baru sebagai cahaya pamor(campuran). Merah kuning menjadi hijau, hitam putih jadi abu-abu, dst. Walaupun menjadi gabungan namun tetap tergolong sebagai cahaya dominant yang ada dalam alam semesta ini, karena ini merupakan cahaya hidup yang berpengaruh dan berada dalam tubuh manusia , sedangkan sifat dan watak dan kemampuan yang menonjol dari cahaya-cahaya tersebut adalah sebagai berikut :
  6. Cahaya Hijau : merupakan gabungan yang menyimbolkan manifestasi dari anasir tumbuhan, yang mendasari watak atau sifat  dan kemampuan; religius, damai, tentram, tenang,dan memiliki daya getar kemampuan menghidupi, berkembang, mengayomi dan daya penyangga menghisap, menyerap segala sesuatu dan menetralkan
  7. Cahaya Biru : merupakan cahaya gabungan yang menyimbolkan manifestasi anasir langit dan mendasari sifat, watak dan kemampuan ; sembada(kuat, kukuh, patuh, layak), terampil, watak kepemimpinan, dan cipta suara hati luas pandangan hidupnya mengayomi, menentramkan, selalu berada di depam, dan daya penyangga meraqngkum segala sesuatu, menyatukan lembut tetapi kuat, tekad kuat.
  8. Cahaya ungu : merupakan cahaya gabungan yang menyimbolkan mafestasi dari anasir langit menjelang pagi  antara pukul 03.00 – 05.00, dan mendasari watak, sifat dan kemampuan ; hamangku ( melindungi, menjaga) hamengkoni ( melingkupi merangkum dan menguatkan), prabawa, sugestif ( cepat tanggap, kuat pengaruh dan ginugu ( dipercaya dan dianut kata-katanya),. Cipta suara hatinya daya getar hidupnya memiliki kemampuan anasir langit pagi hari, yakni ; menyejukkan, perasaaan sesame, menentramkan segala hal, mantap langkah hidupnya dan daya penyangganya adalah membingungkan lawan, mendobrak menghancurkan dan mematikan
  9. Cahaya Abu- Abu : merupaka cahaya gabungan yang menyimbolkan manifestasi  dari anasir mega/ awan, dan mendasari watak, sifat dan kemampuan ; mobah mosik (selalu bergerak gerik, berubah-ubah, tidak tetap pendirian, pintar beradaptasi, gampang bergaul, supel. Cipta suara hatinya menggelapkan suasana, menimbulkan saling curiga, mengadu domba dan memiliki daya penyangga memporak porandakan lawan, memanfaatkan tenaga lawan, mengecoh sasaran
Inilah yang sering di sebut Lima Cahaya Hidup dan dalam pewayangan digambarkan sebagai cakra yang mampu melindungi kehidupan manusia bai, jasmani dan rohani
Pengisian Warna Cahaya Hidup pada Manusia
Waktu pengisian cahaya hidup di mulai dari sejak dari janin dan setiap hitungan bulan ganjil dan itu terjadi pengisian kekuatan gaib yang bersifat insani atau proses pendewasaan jiwa, dan penjelasannya sebagai berikut :
  1. Embrio pada bulan pertama yang masih berwujud cairan mani yang di saput indung telur dan diliputi oleh cahaya berwarna putih dan diidentifikasi sebagai sinuksman Sukmo Suci keberadaannya dilingkupi sukma suci (ruh Robbi) atau insani dan gerak hidupya di sebut muthma’inah dan daya yang masuk di beri identitas Sang Hyang Maha Suci , sifat hidupnya ibarat air dan bapak ibunya di sarankan untuk berbuat atau bertingkah laku pada kesucian lahir batin karena embrio pada kandungan ibu tersebut akan memberikan pengaruh atau terinduksi pada embrio dan akan muncul kelak setelah anak lahir dan menjadi dewasa dan ini tidak mengenal jarak, waktu, ruang baik sengaja maupun tidak.
  2. Janin usia tiga bulan sudah mulai tumbuh secara fisik dengan tanda-tanda pembentukan organ walalupun masih berwarna merah, inilah yang di maksudkan diliputi cahaya merah yang sinuksman Sukmo Weing atau di sebut Ruh Nurani atau rokhmani, gerak hidupnya di sebut amarah dan di beri identitas Sang Hyang Maha Waseso (yang berkuasa atas hidup). Sifat hidupnya ibarat api karena janin sudah bisa menyerap energi panas dari ibunya ( zat asam, makanan) sehingga dengan masuknya zat dari luar maka terjadi pertukaran zat antar janin dan ibunya dan sisa proses ini akan dikeluarkan dan diserap oleh ibunya untuk ikut di buang diluar tubuh. Zat-zat inilah yang memacu pertumbuhan sel-sel tubuh, termasuk sel otak, sekaligus menyerap getaran sensasi pikiran, jiwa, dan tingkah laku perbuatan orang tuanya yang kemudian menyatu dengan pembentukansimpul-simpul syaraf dalam tubuh dan otak janin. Inilah proses dimana sang bayi mulai merekam segala apa yang dilakukan orang tuanya. Dan perlu kehati-hatian dan kewaspadaan dari orang tua, jangan berangan atau melakukan sesuatu yang negative.
  3. Bayi dalam kandungan pada bulan kelima hampir semua tubuh sudah terbentuk, namun kondisinya masih sangat lemah, dan pada usia ini diliputi cahaya kuning  yang sinuksman Sukmo Rasa (nurani cahaya terang) yang disebut Ruh Idlafi /Rokhim ( jiwa yang terhalus yang bisa melihat Tuhan) atau disebut Sang Hyang Maha Luhur. Gerak hidupnya adalah Sufiyah, dan saat ini kondisi jiwanya  sudah mencapai ke tingkat budi (bijak) yang berarti sudah dapat mengenali adanya induksi dari lingkungannya. Disarankan pada orang tua agar waspada dan mengkondisikan situasi hidupnya pada hal-hal yang menentramkan, harmonis, rukun, damai, saling mencintai dan menjaga hati masing-masing dan budi pekerti luhur.
  4. Bayi dalam kandungan pada bulan ke tujuh ini sudah sempurna, organ tubuh sudah lengkap dan kuat dan pada usia ini bayi dilingkupi cahaya hitam, yang menandakan cahaya batinnya dan snuksman Sukmo jati (nyata) yang di identitaskan  sebagai Ruh Jasadi/ Kodir (berguna pada badan). Gerak hidupnya di sebut nafsi Lawwammah dan diidentitaskan Sang Hyang Moho Langgeng ( maha abadi)  Pada usia ini sari-sari makana yang diproduksi dari bumi di serapnya lewat sari makanan yang ada dalam tubuh ibunya dan menjadikannya unsure badaniah semakin sempurna. Bagi yang mengerti ilmu batin , segala organ tubuh yang terbagi dalam kelompok mana sakti yang terbagi sebagai berikut :
    • Wulu (bulu/rambut), kulit, daging
    • Getih (darah), balung (tulang), sumsum
    • Otot/urat(pembuluh nadi/darah), bayu (otot besar yang bertenaga)
    • Jantung, paru-paru, impes(kandung kencing)
    • Kemaras (limpa), usus; kesemuanya berjumlah 14 organ tubuh
Adapun hati dan otak dalam tenaga batin tidak dimasukkan sebagai organ tubuh fisik karena keduanya merupakan singgasana bersarangnya kekautan gaib. Dan sad (keenam) indranya yakni : penciuman pada hidung, pelihat pada mata, pendengar pada telinga, pengecap pada mulut, perasa pada seluruh ujung syaraf bagian luar tubuhnya sebagai alat bantu informative dari kerja otak dan hati juga tidak termasuk sebagai organ tubuh secara fisik. Dan pertumbuhan bayi berada bersifat jasmaniah, sehingga daya serap sang bayi berada pada posisi penyerapan pengaruh luar yang bersifat keragaan dan budaya kerja, dan tinggal menunggu saat kelahirannya.
  1. Bayi pada usia kandungan sembilan bulan sepuluh hari (8 selapan x 35 hari = 280 hari) dan pada saat bayi normal dilahirkan ke duania sang bayi diliputi cahaya Abramarkata, dan pada saat lepas dari pintu gerbang gua garba sang ibu ia langsung  sinuksman oleh Sukmo Wicara (ruh pembicara), yang disebut Ruh Robbul’alamin, dan mulai saat itu sempurnalah jiwa dan jasadnya, lahir sebagai anak manusia yang insaniah dan jasadiah memiliki bekal awal batiniah yang baik badan kasar maupun badan halusnya  dan disebut sebagai sinuksman Sang Hyang Maha Mulyo (maha mulia) dan gerk hidupnya di sebut nafsi kapawitra. Pada saat kelahiran sang bayi adalah saat yang paling sensitive, artinya jangan sampai lingkungan sekitar semrawut, tidak tenang, tentram. Rasulullah pernah bersabda : “ Kalian kelak di hari kiamat akan dipanggil dengan nama kalian dan dengan nama ayah kalian, maka berikanlah nama itu dengan yang baik-baik” ( Nasy’at Al – Masri, 1995 : 41-42)  Pada saat pemberian nama itulah terjadi proses ‘geter’ (geletar sinar terang bak kilat yang hanya bisa dilihat oleh orang khusus ) dan ‘pater’ (suara petir yang juga hanya dapat di dengar oleh orang khusus ) sebagai wujud kesaksian alam semesta dan kesaksianNya, dan ini akan sangat berpengaruh pada perjalanan hidup sang anak sampai kematiannya . Dan ini disebut sinuksman Sang Hyang Sukmo Kawekas (sukma terakhir/pamungkas)
Bekal awal memahami Kekuatan Batin
Pada saat melahirkan disamping mengerahkan energi fisik juga mengerahkan segala daya/ getar ciptanya; cinta kasih, kebahagiaan, kekhawatiran, cemas, sehingga segala derita, kesakitan yang amat sangat tidak di perdulikannya demi keselamatan dan kelahiran sang anak dan getar cipta inilah yang sebennarnya yang menahan sakit yang teramat hebat ini dan semua ini sudah dalam pengaturanNya , lindunganNya, ketentuaNya. Wujud terima kasih kepada Allah Sang maha Pencipta atas “karya ciptaNya” yang agung  yang telah memberikan kepompong gaib (wadah gaib) kepada sang bayi selama di kandungan ibu yang terdiri dsebelum bayi keluar air ketuban mendahuluinya, maka disebut Kakang (saudara tua), sedangkan ari-ari baru keluar di belakang bayi sehingga disebut sebagai Adhi (saudara muda). Darah ibu yang mengikuti bayi dan potongan puser (pangkal dari usus plasenta/ ari-ari) adalah saudara pengiring atau penyangganya . Keempatnya di sebut sedulur papat ( empat bersaudara) dan kalmia pancer ( pokok pangkal )  yang sang bayi sendiri, sebenarnya secara lengkap saudara tua (kakang) adalah terdiri dari :
  1. Selaput ketuban (saput wungkul) yang dinamakan kakang putih, wujudnya dapat dilihat setelah bayi lahir  dan sis a selaput ketuban yang mongering dan masih lekat pada kulit bayi akan berwarna putih seperti bedak
  2. Mar (getar cipta) dan Was (rasa kekhawatiran dan cemas) ibu yang muncul bersamaan saat uwat (mengejan/mengerahkan semua tenaga fisik rohani untuk mendorong sang bayi) yang melicinkan jalan keluar sang bayi melewati pintu gerbang Gua garba ibu.
Sedangkan saudara muda (adik) terdiri :
  1. Ari-ari (plasenta)
  2. Getih (darah)
  3. Puser (potongan tali pusat)
  4. Pancer (baying-bayang sang bayi)
Sebelum lahir kedunia berdelapan itu telah saling hidup menghidupi dan bersama-sama sebagai openyangga hidup sang bayi selam sembilan bulan sepuluh hari dan mereka juga di karuniani getar/daya hidup olehNya dan secara rohaniah mereka tetap bersama dan berdampingan sepanjang masa.
Inti latifah ( Cakra Besar)
Titik awal kehidupan manusia adalah semenjak dari ayah (sperma) di tangkap oleh indung telur dari ibu, setelah sembilan hari blostoksit terbenam ke dalam dinding rahim dan berkembang menjadi mudghoh (segumpal daging) dan menjadi janin. Dan sejak itulah anak manusia ini mempunyai daya hidup dan kesadaran yang terjadi karena kehendakNya. Daya hidup dan kesadaran inilah yang menjadi inti latifah (kebaikan/kelebihan) yang memiliki jaringaNn sirkuit di seluruh bagian tubuh bahkan pada titik tertentu inti latifah memiliki daya pancar yang lebih kuat di banding bagian lain di tubuhnya. Khususnya titik pusat panca inderanya, pusat dada, pusarnya, bawah pusar, pangkal tengkuk, antara kedua alis mata, ujung lidah, langit-langit dalam mulut, dan klep (sentil) tenggorokannya. Atau yang di sebut pusat prana, cakra, mana, dll. Pada titik itulah gerbang daya tertentu yang memiliki kekuatan khas tertentu pula dan setelah terlatih maka inti latifah akan senantiasa dapat bekerja sendiri secara otomatis, untuk itu seseorang harus memahami dulu hal-hal sbb:
  1. Meyakini adanya daya batin dalam diri yang merupakan Rahmat Allah yang maha Esa dan ini merupakan karena kuasaNya
  2. Perlu di pahami bahwa di tengah-tengah otak manusia ada semacam “ stop kontak” yang di gunakan untuk mengalirkan daya gaib  yang di tujukan ke mana saja dan diperlukan untuk apa
  3. Biasakanlah untuk hidup dengan berlaku ikhlas , sabar, lahir batin, jujur serta tergantung mutlak pada Tuhan
  4. Senantiasa melaksanakan tafakur, mengheneingkan cipta dan memusatkan segala pikiran sesuai keyakinan masing-masing dan merenungi, mengakui segala daya tersebut agar kunci latifah dapat bekerja sama sebagaimana mestinya.
Daloam pelatihan tata nafas dapat dipilih beberapa sikap tubuh yang paling mudah dan mantap dan bisa tahan lama tanpa merubah posisi, yakni :
  1. Duduk sidhakep asuku tunggal (duduk dengan badan tegak, kaki bersila dan tangan bersedekap )
  2. Berbaring telentang tanpa alas kepala, kaki lurus sejajar dan tangan sejajar dengan badan, telapak tangan menempel pada paha
  3. Duduk di kursi dengan sikap sempurna, punggung tegak, telapak kaki sejajar dan tangan berada di atas kedua paha
Langkah berikutnya adalah :
  1. Sikap roleks dan pasrah
  2. Pejamkan mata dan panjatkan doa mohon manfaat sesuai iradat (maksud dan tujuan)
  3. tarik nafas pelan sehalus mungkin dan alirkan ke pusat otak(ubun-ubun), hentikan nafas setelah paru-paru optimal tahan selam mungkin, samakan pada saat menarik nafas. Selama tahan nafas terapkan ening pikiran, hati. Nafas dilepas perlahan dari ubun-ubun sampai ke ujung jari kaki
  4. Berkonsentrasilah pada titik-titik cakra dan telapak tangan serta hapalkanlah wajah anda dan bayangkan wajah anda pada saat memejamkan mata
  5. Pada saat menarik nafas untuk yang muslim ucapkanlah cipta batin “ Hu “ dan ucapkan “ Ya” pada saat melepaskan nafas.
  6. Mulailah mawas diri dengan menyadari kesalahan-kesalahan diri, kekurangan dan kekhilafan diri
  7. Permohonan pada saat menahan nafas adalah penyerahan dan menggapai kesadaran diri
  8. Memohon keselamatan dunia dan akhirat
Ilmu tenaga batin dapat di bagikan dalam 2 kelompok :
  1. Tenaga gaib yang berasal dari Tuhan YME yang memang berasal dari sejak masih dikandungan ibu untuk menyangga hidupnya secara langgeng dan di sebut dengan daya kodrat (natural)  atau kanuragan
  2. Sisi lainnya di dapat dari tenaga gaib dari luar diri atau pinjaman dari mahkluk halus dan di debut Jaya Kawijayan
Jenis-jenis Daya yang di miliki Manusia
Di bagi dalam 4 jenis dayayang berada dalam diri manusia , yakni :
  1. Daya dari pusat atau latifah atau ingsun yakni syaraf rasa yang berada dalam kulit daging dan bersentral pada titik tertentu yakni antyara 2 alis mata, pusat dada, bawah pusar dan pada telapak tangan
  2. Daya dari sedulur papat  yaitu kakang kawah adhi ari-ari, darah ibu dan puser (potongan tali pusat )
  3. Daya dari sedulur pancer (baying-bayang manusia ) atau kumayan
  4. Daya batin manusia ( cipta, rasa dan karsa)
Daya dari pusat inti latifah ada pada 7 tempat yakni :
  1. Adhara terletak di atas dubur
  2. Adhisthara terletak diantara kemaluan dan pusar
  3. Manipura terletak pada pusar
  4. Anchara terletak pada dada (hati)
  5. Wisudhi terletak pada tenggorokan
  6. Ayana terletak diantara 2 alis mata
  7. Sahasraya terletak pada ubun-ubun (puncak otak)
Ketujuh puncak daya itu di sebut padma atau cakra (putaran) dan semuanya menyatu dalam putaran yang terus menerus melalui 3 pusat syaraf (nadi). Urat syaraf poko berada pada jalur tulang belakang, dimulai dari bawah naik ke atas menembus pusat-pusat mitis tadi dan berakhir diantara alis. Dua urat syaraf  yang lebih kecil melingkar seperti lingkaran ular , dari kiri ke kanan untuk lain . Keduanya melingkar naik ke atas menuju tempat diantara kedua alis dengan melingkari tiap pusat mitis tanpa menembusnya sampai keduanya bertemu di tempat diantara kedua alis , lalu berpisah lagi, yang satu dari sisi kiri memasuki lubang hidung kiri sedangkan yang lain dari sisi kanan memasuki lubang hidung kanan. Menurut kepercayaan sedulur papat itu setiap 35 hari sekali di berikan makanan berupa jenang merah putih, jajanan pasar, dan sesuai weton kelahiran dan sebelumnya di dahului dengan mengurangi tidur dan berpuasa.
Kemampuan melihat Nur Rajah Kalacakra  adalah sbb :
  1. Dapat merupaka pertanda atau peringatan tentang akanterjadinya sesuatu, missal kesusahan, kebahagiaan dan sejenisnya, terlihat bersit nurani sekelebat yang berwujud berkas-berkas cahaya pancamaya, misal  :
    1. Bersit warna putih, pertanda bahwa persoalan yang di hadapi saat itu sifatnya merupakan tindakan social akan berhasil dengan memberikan nasehat yang muncul dalam angan-angan saat berikutnya setelah cahaya terlihat
    2. Bersit cahaya merah, pertanda bahwa sesudah melihat dalam waktu yang tidak terlalu lama paling lama 1 minggu segala apa yang di niatkan  atau yang di butuhkan  akan terkabul
    3. Bersit cahaya kuning, pertanda  bahwa segala hasil karya  yang di lakukan  untuk memenuhi kebutuhan hidup akan membuahkan hasil dan bisa datang tiba-tiba dan di luar dugaan
    4. Bersit cahaya hitam, pertanda akan terjadi hal-hal yang tidak diharapkan atau tidak menyenangkan
    5. Bersit cahaya hijau, pertanda akan mendapat hal-hal yang menguntungkan
    6. Bersit warna abu-abu, pertanda akan mengalami kegagalan , tertipu atau di khianati
    7. Bersit warna biru, pertanda akan menerima kebaikan dari pihak lain
    8. Bersit warna ungu, pertanda akan mengalami halangan, kesialan, atau pertengkaran.
    9. Dalam ilmu kanuragan warna-warna cahaya hidup ini bila di munculkan dalam angan-angan  dapat dimanfaatkan untuk memperlemah pertahanan lawan

Simbol ini menggambarkan 8 watak mata angina sebagai lambang kekauatan alam semesta yang terdiri dari 8 anasir; bumi, matahari, bulan, bintang, lautan, angina, api dank abut dan di manifestasikan sebagai 8 jalan utama untuk mencapai alam kehidupan yang memiliki budi luhur; benar dalam ucapan, perbuatan, mata pencaharian, konsentrasi, pengertian, daya upaya, dan pikiran